Selasa, 30 November 2010

TUGAS SURVEILANS EPID BACA GRAFIK


Grafik 1 : Kasus malaria di suatu wilayah, 1992-1996














1.       Bagaimana grafik -1  dibaca..?
. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa trend penyakit malaria masih tetap, belum ada penurunan yang signifikan, namun jumlah Falciparum dari tahun 1992-1996 meningkat.
-          Pada tahun 1992 terjadi kasus malaria sebanyak 550 kasus  yang disebabkan oleh Falciparum  dengan jumlah 50 dan penyebab lainnya sebanyak 500.
-          Pada tahun 1993 terjadi kasus malaria sebanyak 550 kasus  yang disebabkan oleh Falciparum  dengan jumlah 100 dan penyebab lainnya sebanyak 450.
-          Pada tahun 1994 terjadi kasus malaria sebanyak 450 kasus  yang disebabkan oleh Flaciparum  dengan jumlah 150 dan penyebab lainnya sebanyak 300.
-          Pada tahun 1995 terjadi kasus malaria sebanyak 540 kasus  yang disebabkan oleh Falciparum  dengan jumlah 250 dan penyebab lainnya sebanyak 190.
-          Pada tahun 1996 terjadi kasus malaria sebanyak 530 kasus  yang disebabkan oleh Falciparum  dengan jumlah 400 dan penyebab lainnya sebanyak 130.
2.       Berdasarkan gambaran grafik-1 tersebut , Indentifikasikan potensi masalah yang terjadi dan jelaskan..!
Potensi maslah yang terjadi adalah belum terjadi penurunan malaria yang signifikan dari tahun 1992-1996 dan jumlah Falciparum dari tahun 1992-1996 meningkat. Ini disebabkan karena adanya  hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Air merupakan faktor esensial bagi perkembang-biakan nyamuk. Karena itu dengan adanya hujan bisa menciptakan banyak tempat perkembangbiakan nyamuk akibat genangan air yang tidak dialirkan di sekitar rumah atau tempat tinggal. Nyamuk dan parasit malaria juga sangat cepat berkembang biak pada suhu sekitar 20-27 derajat C, dengan kelembaban 60-80 %.
3.       Data apa saja yang diperlukan untuk mendukung dugaan potensi masalah yang anda sebutkan diatas..!
Data yang diperlukan yaitu Data puskesmas yang terdiri dari:
-          Data angka cakupan pemeriksaan sediaan darah
-          Data alat diagnostik baru RDT
1.       Bagaimana Grafik_2 dibaca..?
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa setiap bulan Januari-Maret kasus DBD meningkat.  Kasus DBD pada tahun 2008 lebih besar dari pada tahun 2007  dan 2009. Pada tahun 2009 kasus DBD mulai menurun.  Selain itu juga terjadi peningkatan curah hujan dimana curah hujan tersebut mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk yang menyebabkan demam berdarah
2.       Bagaimana hubungan curah hujan dan kejadian kasus DBD..?
Pengaruh Curah Hujan Terhadap Kejadian DBD

Pengaruh curah hujan terhadap kejadian DBD dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Breeding place
Pengaruh curah hujan dengan breeding place atau tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti sangat erat. Curah hujan tinggi memungkinkan banyak bermunculan breeding place, namun demikian curah hujan tinggi dapat menyapu breeding place yang ada, baik yang alami maupun artificial.
Kondisi hujan dan panas berseling pada pergantian musim lebih berpengaruh positif terhadap populasi nyamuk dikarenakan air hujan tidak mengalir dan menggenang di beberapa tempat.

b.      Sampah
Pengelolaan sampah punya pengaruh penting terhadap DBD jika dihubungkan dengan curah hujan. Hal ini dikarenakan apabila sampah tidak dikelola dengan baik, akan meningkatkan jumlah breeding place di lingkungan sekitar. Beberapa lahan kosong perlu mendapat perhatian lebih karena sering dijadikan tempat pembuangan sampah.

c.       Adaptasi nyamuk
Perbedaan datangnya musim hujan dan musim kemarau serta perbedaan lamanya musim hujan dan kemarau menyebabkan pengaruh pada perubahan bionomik nyamuk Ae. Aegypti.
Kemampuan adaptasi nyamuk Ae. aegypti sangat tinggi terhadap perubahan pola iklim dan cuaca, bahkan telur Ae. aegypti dapat bertahan pada kondisi kering dan panas tanpa air hingga 4 (empat) bulan.

d.      Kelembaban dan Suhu
Musim hujan dan musim kemarau memiliki pengaruh pada tingkat suhu lingkungan. Pengaruh ini cenderung bersifat lokal dengan periode waktu tertentu, hal ini dikarenakan tingkat suhu dan kelembaban lebih kompleks dan dipengaruhi oleh fenomena global, regional dan topografi serta vegetasi.
Saat pergantian musim penghujan ke musim kemarau kondisi suhu udara berkisar antara 23-31°C, ini merupakan range suhu yang optimum untuk perkembangbiakan nyamuk (24-28°C).

                     
                      Grafik 3 merupakan data ABJ (Angka Bebas Jentik) dari pemantauan warga melalui perkumpulan Dasawisma.
“Bagaimana pendapat Anda, masalah potensial apa yang terjadi berdasarkan Grafik-2 dan grafik-3 diatas..? Jelaskan“..!”
Angka bebas jentik (ABJ) pada bulan April-November 2009 tidak terlalu banyak  terjadi perubahan. angka DBD pada tahun 2009 menurun. Pada grafik-2 dengan kasus pada tahun 2009 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kasus DBD, padahal curah hujannya masih cukup tinggi.  Mungkin penurunan kasus DBD ini dikarenakan adanya program  pemantauan Angka Bebas jentik pada ( grafik-3)  yang dilakukan oleh warga melalui perkumpulan dasawisma pada tahun 2009

Rabu, 03 November 2010

Tugas SMT V R1 Epid PM&NM

KASUS
Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit thypoid pada Anak-anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit Thypoid adalah Kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan. Jelaskan bagaimana penelitian tersebut akan dilakukan dengan desain penelitian yang berbeda:
1.   Case Cantrol
didasarkan pada kejadian penyakit yang sudah ada sehingga memungkinkan untuk menganalisa dua kelompok tertentu yakni kelompok kasus yang menderita  penyakit atau terkena akibat yang diteliti, dibandingkan dengan kelompok yang tidak menderita atau tidak terkena akibat. Pada kasus di atas,dibagi sasaran penelitian menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kasus penyakit thypoid dan kelompok control. Dimana kelompok control atau populasi yang tidak berpenyakit diambil dengan sampling. Pada kelompok kasus dibagi menjadi 2 yaitu jajan di sekolah tidak cuci tangan sebelum makan (sebagai kelompok terpapar) dan tidak jajan di sekolah cuci tangan sebelum makan (sebagai kelompok tidak terpapar). Sedangkan untuk kelompok control juga dibagi menjadi 2 yaitu yaitu jajan disekolah tidak cuci tangan sebelum makan (sebagai kelompok terpapar) dan tidak jajan di sekolah cuci tangan sebelum makan (sebagai kelompok terpapar).


2.   Cohor
penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini kelompok penduduk yang diamati merupakan kelompok penduduk dengan 2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan  atau  yang tidak terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab.kasus diatas, kelompok  anak-anak dibagi menjadi kelompok kasus dan kelompok non kasus. Dimana kelompok non kasus dibagi menjadi 2 yaitu jajan di sekolah dan tidak cuci tangan (sebagai kelompok terpapar, +) dan tidak jajan di sekolah dan cuci tangan (sebagai kelompok tidak terpapar,-). Pengamatan cohort dilakukan secara terus menerus. kelompok terpapar dibagi menjadi 2 yaitu terpapar-sakit thypoid (E+D+) dan terpapar-tidak sakit thypoid (E+D-). Untuk kelompok tidak terpapar juga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tidak terpapar-sakit thypoid (E-D+) dan tidak terpapar-tidak sakit thypoid (E-D-).
Incidence kelompok terpapar (Po) :
(E+D+) / (E+D+)+(E+D-)
Incidence  kelompok tidak terpapar (P1) :
(E+D+) / (E+D+) + (E-D-)
Relative Risk (RR) = Po/P1


3.   Cross sectional
penelitian prevalensi penyakit dan sekaligus dengan  prevalensi penyebab atau  faktor resiko. Tujuan penelitian ini untuk mengamati hubungan antara faktor resiko dengan akibat yg terjadi berupa penyakit atau keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan, ditanya masalahnya (akibat) sekaligus penyebabnya (faktor resikonya).kasus diatas,kelompok anak-anak dikelompokan lagi dengan cara random, kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu jajan disekolah dan tidak cuci tangan (E+D+), jajan di sekolah dan cuci tangan sebelum makan (E+D-), tidak jajan di sekolah dan tidak cuci tangan (E-D+), tidak jajan di sekolah dan cuci tangan sebelum makan (E-D-). Maka dapat diketahui bahwa sakit thypoid ditunjukan dengan E+D+ dan E-D+. Untuk yang tidak sakit thypoid ditunjukan dengan E+D- dan E-D-.
Prevalence kelompok terpapar (Po) :
(E+D+) / (E+D+)/(E+D-)
Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) :
(E-D+) / (E-D+)/(E-D-)
Rasio Prevalence = Po/P1


STAKEHOLDER DAN PERANANNYA


1.   Peranan stakeholders dalam masalah penyakit Malaria

a.Departemen Kesehatan
Mengintegrasikan secara bertahap kegiatan-kegiatan pemberantasan malaria ke dalam sistem pelayanan kesehatanPeran Departemen Kesehatan antara lain adalah melakukan kerja sama dengan berbagai dinas yang terkait dengan penanganan penyakit malaria sehingga pencegahan malaria bisa lebih efektif..

b.Promosi Kesehatan pada Dinkes ataupun Puskesmas
Melakukan penyuluhan bagaimana pencegahan terhadap malaria di
masyarakat.

c. Dirjen penyakit menular dan penyehatan lingkungan
Penyakit malaria adalah penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu lingkungan sangat erat kaitannya dengan timbulnya penyakit malaria. Jika lingkungan dalam kondisi yang buruk maka akan meningkatkan angka kejadian malaria di daerah tersebut, sehingga peranan Dirjen penyakit menular dan penyehatan lingkungan dalam meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan dalam pencegahan penyakit malaria.

d.  Puskesmas
Melakukan rujukan ke Rumah Sakit, balai laboratorium kesehatan, dll. Serta dapat membentuk TEPUS (Tim Epidemiologi Puskesmas) untuk menanggulangi malaria.

e. TEK
Memberikan intervensi untuk pemberian stimulan kepada masyarakat. Dapat berupa intervensi lingkungan atau intervensi perilaku. Salah satu contoh intervensi ini adalah pemberian kawat kasa dan obat nyamuk untuk mengurangi penyebaran penyakit malaria

2.   Peranan stakeholders dalam masalah PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)

a. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan berperan dalam pelaksanaan program imunisasi pada usia anak sekolah. Program imunisasi PD3I yang ditujukan untuk para siswa utamanya sekolah dasar, merupakan bentuk kerja sama program pencegahan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.

b. Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan berperan dalam memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai PD3I kepada dinas-dinas terkait. Selain itu Departemen kesehatan juga merupakan pihak yang berwenang dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program imunisasi di Indonesia.

c. TEK
Memberikan intervensi untuk pemberian stimulan kepada masyarakat. Dapat berupa intervensi lingkungan atau intervensi perilaku. Salah satu contoh intervensi untuk penyakit PD3I adalah pemberian susu pada penderita campak.