Sabtu, 23 Oktober 2010

Kebiasaan Merokok berhubungan dengan terjadinya batuk kronik dan sesak napas

Kebiasaan merokok telah menjadi salah satu problem sosial paling serius di penghujung abad ini. Di kalangan remaja dan anak usia sekolah, kebiasaan mengkonsumsi produk tembakau itu bahkan telah sampai pada tingkat yang sangat memprihatinkan.Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok( Menurut Robert L. Wilkins dan James B. Dexter dalam buku Respiratory Diseases:Principles of Patient Care, bronkitis kronis adalah salah satu penyakit paru dimana pasien memiliki batuk produktif  kronik yang berhubungan dengan inflamasi bronchus, Emfisema ialah pelebaran alveoli (gelembung udara paru) yang disertai kerusakan dinding (septum interalveoler) sehingga beberapa gelembung paru menyatu (over inflasi), mengakibatkan keluhan sesak napas yang menetap dan mempunyai kecenderungan semakin lama semakin berat.Untuk membuat diagnosis, para ahli menyatakan bahwa jangka waktu kronik pada penyakit ini adalah selama batuk produktif muncul, minimal selama tiga bulan setahun dan pada dua tahun berturut-turut.Sistem pernafasan merupakan tempat keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru yaitu tempat pertukaran O2 dan CO2 udara dan darah. Fungsi dari sistem pernafasansecara langsung tergantung dari baik tidaknya fungsi dari sistem sirkulasi (Bantas, 2007).
Secara nasional,konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada tahun yang sama,di Indonesia penyakit asma, bronkitis dan emfisema merupakan penyebab kematian ke 10. Bronkitis, asma dan penyakit saluran napas lain menduduki peringkat ke lima dalam pola morbiditas di negara kita(Tjandra Yoga Aditama, 1993). Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4 persen dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK 4,8 %, tuberkulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1%, dan asma 0,3%. Terdapat 1,2 miliar perokok di dunia dan konsumsi rokok di Indonesia meningkat secara persisten sejak tahun 1970. Prevalensi merokok penduduk dewasa usia 15 tahun ke atas tahun 1995 meningkat 26,9%, tahun 2001 meningkat mencapai 31,5% sehingga diperkirakan ditemukan kurang lebih 70 juta penduduk Indonesia termasuk perokok dan 88% perokok kretek dengan kandungan tembakau 60 – 70%. 
Banyak penyakit dikaitkan secara langsung dengan kebiasaan merokok, dan salah satu yang harus diwaspadai ialah Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) / Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), karena belum banyak diketahui masyarakat luas. Pengalaman praktik dokter keseharian, kalau menyebut penyakit Bronkitis, Asma, TBC maupun Kanker paru sudah banyak anggota masyarakat yang mengetahui setidaknya pernah mendengar dan cukup familier( Prof. Dr. H. Suradi, dr., Sp.P (K), MARS).Dampak yang timbul akibat menderita penyakit bronkitis kronis adalah infeksi saluran napas yang berat dan sering, penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulit bernafas, hingga kematian. Kebiasaan merokok merupakan faktor penting yang berkontribusi menyebabkan bronkitis kronik.
 Batuk-batuk kecil umumnya dianggap masyarakat suatu hal biasa termasuk para perokok. Upaya pengobatan dilakukan sendiri dan seadanya sampai keluhan mereda sampai hilang. Apabila timbul serangan lagi, perlakuannya sama seperti sebelumnya. Tidak khawatir apa yang sebenarnya terjadi tentang batuk yang diderita sungguhpun muncul hilang timbul. Suatu keanehan pendapat beberapa masyarakat khususnya di kalangan perokok yaitu jika batuk maka isaplah rokok merek tertentu, batuk akan sembuh. Masyarakat mengenal setidaknya pernah mendengar kanker paru, asma, bronkitis, penyakit jantung, atau penyakit-penyakit lain yang dikaitkan dengan kebiasaan merokok, tetapi sangat sedikit yang mengenal atau paling tidak pernah mendengar tentang PPOK. Padahal, tanpa disadari PPOK telah menjadi burden of disease, semakin lama semakin berkembang pesat, bahkan diprediksi jauh melampaui kanker paru (Hadiarto Mangunnegoro, 2002). 
Pada umumnya penderita PPOK mengalami keluhan batuk maupun sesak napas biasanya kronis berulang. Tipe emfisema paru sehari-hari cenderung memiliki keluhan sesak napas yang biasanya diekspresikan berupa pola napas yang terengah-engah. Pada tipe bronkitis kronis gejala batuk sebagai keluhan yang menonjol, batuk disertai dahak yang banyak kadang kental dan kalau berwarna kekuningan pertanda adanya super infeksi bakteriel. Gangguan pernapasan kronik PPOK secara progresif memperburuk fungsi paru dan keterbatasan aliran udara khususnya saat ekspirasi, dan komplikasi dapat terjadi gangguan pernapasan dan jantung. Perburukan penyakit menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, bahkan sampai kehilangan kualitas hidup.
Alasan memilih penelitian ini karena kebiasaan merokok berhubungan dengan terjadinya 25 jenis penyakit, separuh para perokok akan meninggal oleh berbagai penyakit akibat rokok.dan mengingat tinjauan dampak sosial merokok dan bentuk kelainan struktur jaringan pada PPOK akibat merokok sudah tidak dapat lagi diperbaiki, fungsi paru tidak dapat lagi kembali normal sehingga berakibat menurunkan kualitas hidup dan produktifitas, maka upaya penanggulangan bahaya akibat merokok perlu lebih ditingkatkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar